Supply Chain Management - SCM

B2B Bisnis, Sumber Revenue Tambahan atau Sumber Masalah Baru?

  • Oleh: Admin Foodizz
  • Diunggah 20 Maret 2024
Sumber Gambar: Canva.com

 

Salah satu revenue yang bisa didapatkan oleh pemilik bisnis kuliner yang memiliki central kitchen atau dapur yang cukup mumpumi dan layak adalah dapur sentral tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendulang omset melalui B2B business. Contoh misalnya salah satu vendor pempek di sebuah coffeeshop di Bandung, sebetulnya juga punya outlet pempek dengan brandnya sendiri, namun karena dapur sentral (central kitchen) nya punya kapasistas untuk memproduksi sesuai standar cafe dan coffeeshop, maka saya usulkan pemiliknya untuk menambah salesnya melalui B2B business yaitu mensupply pempek siap goreng untuk berbagai coffeeshop dan cafe, dan ternyata cukup berhasil.

Berbagai kategori produk bisnis kuliner basically punya potensi untuk menggarap revenue dari B2B ini, misalnya temen-temen pemain juice buah bisa menggarap B2B kemasan di cafe dan coffeeshop, buah-buahan frozen yang siap blender jadi smoothie, temen-temen yang bisnis katsu, bisa menggarap katsu frozen siap goreng untuk supply ke berbagai coffeeshop dan restaurant, dll.

 

Tapi, yah tentu selalu ada tapi nya hehe, menggarap B2B bersamaan dengan kita menjalankan bisnis kuliner B2C (jualan langsung ke konsumen) juga bukan perkara yang mudah untuk dikerjakan dan juga punya tantangannya sendiri karena jika salah strategi atau salah langkah, alih-alih mendapatkan revenue dan cuan, bisa-bisa menggarap pasar B2B ini malah menimbulkan masalah baru yang cukup pelik bagi bisnis kita secara keseluruhan, karena itu penting sekali untuk memahami apa saja yang akan menjadi tantangan dan catatan ketika temen-temen ingin tetap menjalankan B2B business ini. Yukk gass kita bahas:
 

1. FOKUS BISNIS

B2B business dapat membuat kita tidak fokus dengan bisnis inti kita (core business) yaitu buka outlet atau menjalankan outlet bisnis. Perhatian kita bisa terbagi dan terpecah, apalagi misalnya B2B nya berkembang dan menjadi banyak client, terus disaat bersamaan outletnya juga sedang ekspansi. Soal fokus ini, Sahabat Foodizz harus hati-hati betul karena bisa berdampak besar nantinya ke salah satu yang dijalankan, atau bahkan keduanya karena sama-sama menyita waktu dan perhatian apalagi misalnya entitas legal (PT atau CV) nya disatukan, ini menimbulkan banyak masalah teknis administrasi juga nantinya.

 

2. MODAL AWAL

Menggarap B2B business butuh membangun dapur sentral yang membutuhkan modal besar, karena standarisasi dapur sentral yang harus memenuhi berbagai aspek kebersihan, food safety, serta equipment pendukung seperti storage, freezer, blasting (jika bermain frozen), dll. Kita tidak bisa sembarangan membuat dapur pusat jika ingin mensuplly bisnis lain, karena tentu brand lain juga punya standar yang tinggi terhadap produknya. Beda jika dapur pusat hanya diperuntukkan untuk mensupport bisnis sendiri, mungkin ada beberapa hal yang tidak perlu di invest khususnya equipment. Modal awal ini akan lebih besar lagi jika standarisasi nya makin tinggi (misalnya seperti harus memiliki standar HACCP, Halal,dll), yang tentunya akan memerlukan investasi tambahan.

 

3. PENGELOLAAN CASH FLOW

Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola bisnis B2B adalah cash flow yang harus kuat dan besar, karena semakin banyak dan semakin besar order dari klien B2B, artinya akan semakin butuh cash yang besar, untuk apa? Belanja bahan baku, bahan pendukung, dan stock inventory tentunya. Kemudian, di bisnis B2B biasanya pasti akan berurusan dengan yang namanya TOP (Term Of Payment) yang bisa sampai 1-2 bulan, bayangkan ajah tuh uang kita tertahan dalam jumlah besar selama 1-2 bulan, plus kita juga biasanya harus melakukan inventory stock untuk berjaga-jaga, kalau klien brand kita butuh barang mendadak. Hal ini basically bisa diantisipasi, misalnya dengan menggunakan financing pihak ke 3 atau bank, sehingga kita bisa mendapatkan cash di depan dan baru dibayarkan ketika terima uang dari klien, tapi yah resikonya kena biaya / bunga.

 

4. LEGAL & REGULATION ASPECT

Secara aspek legal dan regulasi pemerintah, bisnis B2B juga banyak yang perlu menjadi perhatian dalam segala hal, mulai dari izin lokasi, persyaratan dapur sentral, aturan ketenaga kerjaan, halal, food safety, sampai urusan perpajakan. Semua hal ini penting untuk diproses, apalagi jika bisnis B2B kita makin besar dan klien brandnya makin banyak dan besar-besar skalanya. Ini tentu akan kembali ke beberapa poin di atas dampak dan tantangannya terhadap  bisnis kita secara menyeluruh. Dan percayalah Sahabat Foodizz, dari banyak pengalaman dan cerita hal-hal yang disebutkan di atas itu ujungnya akan bikin kita pusing, apalagi jika perusahaannya menyatu dengan bisnis outlet kita dan manajemennya juga sama orangnya.

 

5. TANTANGAN OPERATIONAL DUA MODEL BISNIS

Tantangan terbesar dari memainkan juga bisnis B2B sebagai revenue stream atau sumber income adalah kita seperti bertanding dan memainkan dua cabang olahraga yang berbeda di mana setiap cabang olahraga ini butuh latihan dan keterampilan yang sangat berbeda. Bukan tidak mungkin, bisa saja Sahabat Foodizz jago main bola sekaligus jago main basket, tapi masalahnya adalah menguasai dua hal ini butuh waktu, butuh konsistensi, dan butuh belajar yang tidak singkat, sementara misalnya keduanya tumbuh menjadi besar (bisnis outlet + bisnis B2B), dan juga perlu diingat kita bisnis tidak sendirian loh, ada pesaing yang sewaktu-waktu bisa memakan kita dengan ganas. Menjalankan outlet dan menjalankan bisnis B2B itu yang seperti analogi di atas, beda cara main, beda aturan main, dan beda lawan mainnya juga.

 

6. MENGELOLA SDM YANG BANYAK

Tantangan yang juga tidak kalah sulit dalam mengelola B2B Market adalah SDM di dapur pusat (central kitchen), di awal mungkin terlihat mudah karena hanya melibatkan 5-10 karyawan, tapi begitu bisnis membesar, partner B2B makin banyak, order makin besar, maka kita mulai perlu menambah jumlah tim yang mungkin cukup banyak, apalagi misalnya masih belum memungkinkan untuk melakukan investasi mesin yang mahal. Buat Sahabat Foodizz yang belum punya pengalaman dalam mengelola SDM dalam jumlah banyak, sebaiknya perlu kehati-hatian dan harus banyak belajar soal ini, karena mengelola SDM di dapur pusat (central kitchen / pabrik) itu berbeda sekali dengan mengelola SDM di outlet, masalahnya keduanya harus kita kelola secara bersamaan.

 

7. BACK OFFICE COST

Biaya back office atau holding yang akan makin besar dan membengkak juga menjadi tantangan yang perlu diperhatikan, apalagi bisnis juga makin membesar. Di awal mungkin semua bisa kita kontrol tapi ketika menjadi besar maka banyak hal yang juga perlu ditingkatkan agar bisnis bisa berjalan dengan baik seperti fasilitas kantor, listrik, tambahan SDM berkualitas di berbagai divisi, sewa lokasi yang lebih besar, pengadaan kendaraan, penerapan teknologi, dll, yang semua ini akan menjadi beban yang cukup besar. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan karena cost, apalagi fix cost itu tidak gampang men-cut nya, sementara bisnis belum tentu berjalan sesuai rencana, jadi jika Sahabat Foodizz tidak terlalu paham soal ini dan ternyata ada di dalam situasi ini, sebaiknya segeralah cari mentor atau consultant.

 

8. KESEMPATAN YANG HILANG

Terakhir yang juga bisa timbul ketika kita mengeksekusi revenue dari bisnis B2B adalah Opportunity Lost yang kemungkinan besar pasti terjadi. Di bisnis outlet, kita menghasilkan cash setiap hari, jika bisnis berjalan normal dan membesar artinya cash kita akan cukup besar, sementara karena kita tidak memainkan B2B, kebanyakan vendor kita bayar dengan model TOP (term of payment) satu sampai dua bulan, di poin ini kita sudah menang cash flow. Cash Flow ini tentu banyak fungsinya, salah satunya yang paling stratejik adalah kita bisa menggunakannya untuk membuka cabang baru dan pengelolaan cash flow yang cabang tersebut tentu menghasilkan tambahan omset. Jika kita memainkan B2B dengan dapur sentral, nah resiko paling nyata adalah cash flow kita akan tersedot di bisnis B2B ini (lihat poin 3) dan secara growth strategy, ini akan merugikan kita sebetulnya.

 

Tapi, lah tapi lagi hehe, bahasan di atas khan merupakan tantangan yang akan kita hadapai, tapi kalau temen-temen berhasil me-manage dan mengeksekusi dengan tepat bisa jadi B2B bisa menjadi lumbung emas buat temen-temen dan juga bisa jadi bisnis yang sangat potensial tentunya. Intinya, belajar dengan baik, hitung dengan matang, dan eksekusi dengan cerdas, jikapun akhirnya temen-temen memutuskan untuk terjun ke B2B market.

Semoga tulisan kali ini bermanfaat buat Sahabat Foodizz semua, doa in agar Foodizz bisa terus berbagi ilmu yah buat temen-temen semua agar bisnis kuliner di Indonesia bisa terus maju dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

 

Baca artikel tentang central kitchen di sini:

10 Pertimbangan Penting sebelum Membangun Central Kitchen - Part 1
10 Manfaat Memiliki Central Kitchen atau Dapur Produksi (CK) - Part 2
8 Tantangan Dalam Mengelola Dapur Pusat atau Central Kitchen (CK) - Part 3
 

Foodizz Academy
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com

 

Tanya detail klik disini: CS Foodizz: +62-811-2009-7974


Disclaimer:

  • Artikel ini diperbolekan untuk di share & di posting ulang dengan mencantumkan sumber artikel www.foodizz.id/artikel 
  • Artikel ini tidak diperkenankan untuk penggunaan komersial, untuk penggunaan komersial wajib mencantumkan ijin tertulis yang diajukan melalui e mail: info@foodizz.id
{{ comment.length }} Comment
Sort By

Artikel Terkait

Artikel Terbaru