Marketing

Cek 6 WOW Effect yang Membuat Konsumen Harus Booking 1 bulan Buat Makan di Joogla

  • Oleh: Admin Foodizz
  • Diunggah 28 September 2022

 

Kota Bandung dengan segala daya tarik kulinernya tak henti-henti memberikan pecinta kuliner kejutan. Bukan hanya makanan yang bisa memanjakan lidah dan perut tapi experience yang luar biasa. Maka tak salah jika Kota Bandung menyandang peringkat 5 besar Kota kuliner Asia bersama dengan Bangkok, Hongkong, New Delhi, dan Seoul (Detik.com: 2022). Kali ini Foodizz akan mengulas sebuah culinary experience menarik di tengah Kota Bandung, yang mungkin sudah pernah lewat di FYP TikTok sahabat Foodizz semua, yaitu Joongla Pop up Dining Experience di tengah pasar di Kota Bandung. Yang kabarnya cuma butuh 1 menit untuk full booked  selama 2 bulan! Wah, ini edan sih. Kali ini kami akan membagikan pengalaman team Foodizz ketika makan disana dan kami akan merangkum insight menarik yang Foodizz dapatkan.

Sebelumnya, Foodizz bakal jelasin sedikit apa sih Pop up dining experience itu. Jadi konsep Pop up dining experience ini mengadaptasi konsep omakase dari Jepang dimana konsumen cukup membayar satu paket makan yang sudah terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, dan pencuci mulut. Dimana nantinya chef akan langsung melayani konsumen secara langsung mulai dari preparation sampai makanan itu disajikan. Pop up disini mengacu ke lokasi makan yang gak biasa yaitu di dalam pasar Cihapit di Kota Bandung. Sehingga dapat menghadirkan pengalaman makan yang menarik. dimana lagi kita bakal menemukan konsep makan omakase ala Jepang dengan pelayanan ala fine dining tapi lokasinya di tengah pasar tradisional?

 

The Journey

Kali ini penulis bersama lima team Foodizz lainnya ikutan di episode Malu-malu Kuciang Sumatera. Jadi Joongla ini akan merilis Episode baru di tiap tiga bulan dengan tema yang berbeda-beda. Kali ini adalah khasanah kuliner Sumatera yang tersaji di episode Malu-malu Kuciang Sumatera.

Petualangan dimulai dari titik kumpul dimana kami peserta diinstruksikan untuk berkumpul di Seroja Bake yang terletak di kawasan Cihapit, Kota Bandung. Di titik kumpul ini kami langsung dipandu oleh Kak Farah Mauludynna, atau beliau biasa dipanggil dengan sebutan Teh Dynna. Teh Dynna mulai bercerita  tentang konsep yang Joongla usung dan visi misi Joongla, sehingga lahirlah konsep Pop up dining experience ini. Setelah itu Teh Dynna juga menjelaskan mengapa titik kumpul pertama ini di Seroja Bake. Teh Dynna menceritakan value dari Seroja Bake dimana Seroja Bake adalah bakery with a mission. Misi Seroja Bake ingin memajukan petani lokal dengan cara mensubstitusi sebagian bahan baku yang didapatkan secara impor dengan bahan baku yang di produksi oleh petani lokal. Misi inilah yang sama-sama di usung oleh Joongla yang memprioritaskan bahan baku dari petani lokal.

Berikutnya kami diajak untuk mengenal pasar Cihapit dari sisi sejarah. Salah satunya kami ditunjukkan bangunan yang masih otentik peninggalan lama yang sekarang digunakan oleh Bakmi Tjo Kin dan Toko Kopi Djawa. Dari sana kami diajak masuk kedalam pasar melalui gang Masjid Istiqamah. Kami juga melewati salah satu destinasi wisata kuliner yang digandrungi warga Jakarta yaitu Gang Nikmat. Selama perjalanan Teh Dynna mengenalkan brand-brand kuliner lain di dalam pasar Cihapit mulai dari yang melegenda seperti Lotek Tjihapit, Warung Nasi Bu Eha, Serabi Cihapit sampai yang kekinian seperti Nasi Telur Sumber Rejeki, Bakmi Feng, Konklusi, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini yang bikin kami makin tertarik untuk wisata kuliner di pasar Cihapit setelah ini.

Sampailah kami di depan Joongla setelah diajak muter-muter di pasar Cihapit. Pas pertama sampai tempatnya masih tertutup oleh rolling door, setelah  kami sampai langsung lah kami di sambut dengan cara rolling door nya terbuka keatas dan didalamnya sudah ada dua chef yang akan melayani kami, yaitu chef Kemal dan chef Nunu. Tempatnya berbentuk seperti dapur yang terdapat enam buah kursi untuk duduk di depannya. 

Setelah tour keliling pasar yang dipenuhi dengan cerita ditambah sambutan awal yang mengesankan, masuklah ke acara inti yaitu makan-makan. Tapi sebelum bercerita tentang pengalaman makannya, foodizz mau highlight sedikit tentang service nya.  Pertama untuk kursi sudah ditentukan sesuai nama kita jadi Waitresss yang melayani sudah hapal nama kita berdasarkan tempat duduk yang sudah ditentukan. Jadi saat Waitress ingin mengisi air atau memberikan alat makan dengan ramah Waitress menyebut nama kita yang sudah mereka hapal “Maaf Kak Syarif permisi saya tambahkan yaa airnya”. Service ala fine dining yang juara.

Di Awal dijelaskan dulu latar belakang dari tema Malu-malu kuciang Sumatera. Malu-malu kuciang ini bermaksud jika Joongla ingin berkenalan dengan kita semua sebagai episode pertama Joongla. 

Okee set makanan disini terinspirasi dari khasanah kuliner Sumatera yang kaya akan rempah, gurih, dan bersantan. Untuk makan pembuka dimulai dari dadiah yaitu yoghurt khas Sumatera Barat yang difermentasi di dalam bambu. Dadiah ini dicampur beberapa bahan seperti timun, dan makannya dengan mengolesi dadiah ini ke terong yang digoreng dengan tepung. Lalu dilanjut dengan menikmati segarnya rujak samalanga dengan citarasa asam manis pedas yang pastinya segar karena ditambah es serut jeruk kecombrang, sebuah kombinasi yang unik. Makanan berikutnya adalah mie celor Palembang menurut penulis ini si juaranya karena kuah yang kaya rempah dan rasa kaldu udang yang sangat fresh benar-benar memanjakan lidah di setiap sruputannya. Melompat ke makanan utama yaitu yang diberi judul Serambi Sumatera dada ayam yang bisa kita tau teksturnya kering dan berserat ini disulap jadi super juicy kalo di perdagingan ini si Wagyu A5 versi daging ayam, ditambah kuah yang gurih dan kental khas makanan Sumatera yang bersantan. Rangkaian hidangan ini ditutup dengan es krim kelapa yang manis dan creamy. Itu dia mungkin review singkat dari set menu Malu-malu Kuciang Sumatera dari Joongla.

Petualangan kuliner di pasar Cihapit ini ditutup dengan kami berfoto bersama dan kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam dapurnya untuk berfoto. Sebuah pengalaman berkuliner yang benar-benar dikemas dengan mengesankan.

Saat artikel ini ditulis episode Malu-malu Kuciang mungkin sudah berakhir dan dilanjutkan dengan Episode berikutnya yang pastinya akan seru pula. Buat mau kepoin Joongla bisa cek di akun Instagram Joongla yaa.

 


Dari pengalaman  tersebut ada 6 insight yang sudah Foodizz rangkum untuk dibagikan ke Sahabat Foodizz semua. Kira-kira mengapa Joongla ini menjadi sebuah fenomena baru dan menarik di industri kuliner Indonesia.

 

1. Orang Indonesia suka cerita

Sejak kecil kita sudah dibiasakan dengan cerita rakyat seperti Malin Kundang, Timun Mas, Legenda Tangkuban Perahu, dan masih banyak cerita-cerita pengantar tidur lainnya. Budaya bercerita ini sangat melekat di kebiasaan sehari-hari masyarakat indonesia. Story telling menjadi sebuah senjata yang kuat untuk membangun positioning brand kita kepada konsumen. 

Dalam hal Joongla, story telling menjadi sajian utamanya mulai dari awal titik kumpul dengan menceritakan tentang pasar cihapit, saat masuk ke menuju Joongla kita di ceritakan brand-brand kuliner yang ada di sana, saat makan kita diceritakan latar belakang menu tersebut, kita diceritakan darimana asal bahan-bahan baku itu. Dan keseluruhan dari pengalaman yang kita dapatkan dari sana bagaimana kita sedang didongengkan. Secara tidak langsung cerita-cerita ini yang akan mengisi laci kosong di benak kita dan menamakan laci tersebut dengan brand Joongla. 

Bukan orang Indonesia kalo gak ceritain lagi ke orang lain tentang pengalaman berkesan yang mereka dapatkan. Minimal mereka akan posting di sosial media masing-masing mengenai cerita-cerita yang mereka dapatkan. Pada akhirnya strategi ini bisa menjadi bola salju informasi yang terus menggulung semakin besar dan besar.

 

2. Experience makan di dalam pasar

Don't just serve food, serve Experience. Ini yang menjadi kunci dari Joongla: Experience (Pengalaman) coba sahabat Foodizz cek semua postingan review mengenai Joongla pasti 1 kata yang akan terus muncul adalah PENGALAMAN. Bagi kebanyakan orang sangat jarang untuk makan di dalam pasar tradisional, kalo pasar swalayan modern mungkin. Sehingga suasana pasar tradisional yang khas, banyaknya pedagang berlalu lalang dan kios-kios bahan baku berjejer menjadi sebuah pemandangan yang menarik di tengah jamuan makan kita. Hiruk pikuk pasar dengan backsound dangdut pantura atau sunda yang disetel di oleh salah satu pedagang sayup-sayup menciptakan ambience yang gak akan didapatkan di resto bintang lima manapun. Dengan memanjakan 5 indra, experience kembali lagi akan menjadi sebuah cerita menarik yang gak akan pelit-pelit di share ke banyak orang.

 

3. Service ala fine dining yg juara

Untuk pelayanan makan meskipun ada di dalam sebuah pasar tradisional Joongla berhasil memberikan pelayaan yang patut diacungi semua jempol. JUARA... Dari aspek keramahan, kebersihan, dan very helpful. Standar yang tinggi dari sisi servicenya terlihat kitchen yang bersih dan higienis, waitress nya yang ramah dan kerennya mereka sudah hapal nama kita padahal belum kenalan (nanti akan kami bahas lebih detail di poin berikutnya). Dengan service yang juaranya ini gak banyak orang-orang yang mereview memberikan label Joongla sebagai resto fine dining.


4. Berteman dengan Joongla

Dalam buku Dale Carnegie How to Win Friends and Influence People, nama lawan bicara kita adalah sebuah kata terindah yang lawan bicara kita ingin dengar. Di buku tersebut pun kita dianjurkan untuk menyebutkan nama lawan bicara kita ketika kita berkomunikasi dengan orang tersebut. Coba bayangkan ketika anda makan di sebuah tempat anda disapa oleh seorang waitress yang sudah hafal dengan nama anda padahal anda belum berkenalan. “maaf kak Syarif saya tambahkan yaa airnya” “permisi kak Syarif alat makannya saya ganti yaa untuk menu berikutnya” “kak Syarif apa memerlukan tissue?”. Bagi kami penyebutan nama ini menjadi cara ampuh untuk menggaet hati konsumen untuk merasa dekat dengan bisnis kuliner kita. Seakan-akan antara konsumen dengan Joongla tidak ada batasan/jarak. Kami merasa layaknya teman yang sudah sangat akrab yang sedang berbagi cerita.


5. Push customer to create content

Dalam tahapan makan saja kita diajarkan step by step bagaimana cara menikmati setiap makanan di Joongla. Yang pastinya tahapan paling awal yang diajarkan ke kita adalah foto dulu makanannya baru mulai makan. Nah pesan ini mungkin secara tersirat sedikit menyentil kebiasaan kita saat mulai makan tapi toh kita tetep nurut-nurut aja untuk foto dulu dan akan di posting nantinya.

Menu yang di plating sedemikian cantik menjadi jadi sasaran empuk content creator untuk post di sosial media manapun: Feed  Instagram, Instagram Story, dan TikTok. Plating yang lucu-lucu pastinya bikin kita buru-buru mau posting aja. Ditambah experience seru yang udah didapetin bikit kita juga buru-buru mau sharing ke banyak orang di sosmed kita.

Di banyak konten Foodizz udah pernah kita bahas yaa bagaimana powerfullnya kita memanjakan konsumen untuk secara sukarela membuat konten untuk brand kita dan menyebarkannya di sosial media mereka. Marketing yang murah bukan.

 

6. Value yang dibawa sebagai oleh-oleh

Dari segala rangkaian cerita yang kita dapatkan, pengalaman yang kita rasakan, dan nikmatnya makanan yang kita makan. Ada satu hal menarik yang membekas di benak kami setelah makan di Joongla, yaitu begitu kayanya budaya kuliner Indonesia dengan segala melimpahnya sumber daya alam yang ada. Makan bukan sekedar makan, pengalaman makan di Joongla membuat penulis semakin kritis kira-kira bahan baku dari makanan yang kita makan ini berasal dari petani mana yaa. Asalnya dari kota mana yaa. Dan kalo diperhatikan dari pasar yang Joongla pilih sebagai lokasi mereka, pasar ini kan asal dari semua bahan baku dibeli yaa, dari petani ke pasar lalu menjadi hidangan yang kita makan. Pasar Tradisional menjadi pusat cikal bakal sebuah budaya kuliner lahir menurut Pakar Kuliner Nusantara William Wongso.

Pada akhirnya bukan hanya kenyang yang dibawa setelah makan di Joongla tapi rasa empati terhadap asal dari bahan baku makanan yang kita konsumsi, menghargai setiap suapan makanan yang kita konsumsi, dan rasa lebih ingin tau terhadap makanan Nusantara.

 

Itulah tadi insight didapatkan dari pengalaman mengikuti Pop up Dining Experience by Joongla. Harapannya semoga dapat menjadi pembelajaran yang menarik dan membuka wawasan sahabat Foodizz semuanya (SH)

 

Semoga Bermanfaat, 

 

www.foodizz.id

1st F&B Edtech in Indonesia

www.sekolahkuliner.com

Belajar Bisnis Kuliner Terstruktur dari Nol

 www.vendorkuliner.com

Pusat Informasi Vendor Kuliner Terkurasi

 

*Temen-temen jika ingin menggunakan artikel di Foodizz untuk kepentingan sosmed, edukasi, konten, silahkan dengan mencantumkan sumber artikelnya www.foodizz.id/artikel. Yuk kita hargai karya dan upaya orang lain dalam menghasilkan konten.

 

Jadi Member Foodizz klik disini I Belajar SEKOLAH BISNIS KULINER klik disini
{{ comment.length }} Comment
Sort By

Artikel Terkait

Artikel Terbaru