Operasional

Banyak Menu atau Sedikit Menu?

  • Oleh: Admin Foodizz
  • Diunggah 24 Juli 2023

 

Sumber Gambar: Canva.com

 

"Foodizz, mending saya jualan banyak menu atau sedikit saja dan fokus yah?"

Pertanyaan seperti ini sering sekali ditanyakan oleh Sahabat Foodizz, karena memang kadang kalau kita belum pengalaman menentukan banyak atau sedikit menu, ini sangat membingungkan, kadang kita terjebak dengan "segala mau dijual" biar konsumen banyak pilihan, tapi di sisi lain kalau lihat orang cuma jualan ayam goreng kok bisa rame banget yah, cuma 1-2 menu tapi konsumen antri-antri.

 

Jadi apa yah yang menjadi pertimbangan ketika kita ingin punya banyak menu atau sedikit menu? Yuk coba kita bahas 9 poin di bawah ini:

 

1. Model Bisnis

Jika bisnis kita warteg, warung nasi, atau nasi padang, tentu saja banyak menu jadi sebuah keharusan dan kelaziman, agak aneh misalnya kita datang ke nasi padang tapi hanya tersedia 5 menu, walaupun bisa-bisa saja yah. Tapi ketika bicara warung sate, sop buntut, atau bakso, bisa jadi model bisnisnya lebih cocok dengan sedikit menu, karena sudah spesifik orang sudah tahu akan makan apa jika datang ke tempat kita, tapi kembali lagi bisa saja sebaliknya.

Jadi basically mau menu banyak atau menu sedikit, jika mengacu pada model bisnisnya tidak ada salah atau benar, yang penting konsumen tertarik datang dan membeli, jangan sampai mau nyeleneh misalnya malah jadi bumerang karena bisnisnya jadi kurang lazim buat konsumen. Misalnya warteg dengan 3 menu doang hehe.

 

2. Kapabilitas (Competency) & Pengalaman Owner

Apakah kita punya ilmu, waktu, tim, dan pengalaman dalam menjalankan bisnis dengan banyak bahan baku? misalnya membuka warung nasi atau coffee & eatery? Jangan sampai I WANT IT, IT IS NICE TO HAVE tapi sebetulnya dalam banyak hal kita tidak siap untuk melakukan hal tersebut. Pengalaman kita dulu beberapa belas tahun lalu membuka warung nasi, jualan sih jago banget, secara orang branding dan marketing tapi ternyata belanja nombok terus, tiap bulan cash flow negatif yang ujung-ujungnya setelah beberapa bulan harus gulung tikar.

Kok bisa? Karena tidak punya pengalaman, tidak punya ilmu mengelola bisnis kuliner, ternyata orang yang dipekerjakanpun tidak punya kemampuan, sehingga akhirnya bubar deh bisnis, mungkin cerita lain jika saat itu  kalau bukanya ayam geprek, mungkin sekali bisa lebih terkontrol karena menunya sedikit dibandingkan warung nasi dengan 30 varian menu.

 

3. Kapasitas Tempat Duduk & Putaran Konsumen

Jika kapasitas tempat duduk kita sedikit dan butuh putaran cepat, tentu sedikit menu akan lebih strategis buat kita karena handling order dan datangnya menu bisa dilakukan dengan cepat. Contoh misalnya kita makan di warung Mak Beng Bali di mana hanya tersedia 1 menu utama yaitu sop ikan, konsumen tinggal order mau berapa porsi plus minum apa, selesai. Makanan muncul tidak lama setelahnya, kita makan dan beres.

Nah dengan hanya 1 menu utama ini, Mak Beng bisa efektif memanfaatkan kapasitas tempat duduknya yang terbatas, sehingga omset bisa maksimal, layanan cepat, serta konsumen tidak menunggu terlalu lama, walaupun klau yang WL (waiting list) udah puluhan sih lama juga nunggunya hehe.

 

4. Habit / Kebiasaan Konsumen

Kebiasaan konsumen juga menjadi salah satu pertimbangan penting ketika memutuskan ingin menjual banyak menu atau sedikit menu, misalnya target market kita adalah penduduk sekitaran tempat kita berjualan, yang merupakan market keluarga yang membutuhkan makanan sehari-hari, nah mungkin membuka warung nasi dengan pilihan banyak menu bisa jadi lebih menarik agar konsumen tidak merasa bosan dengan pilihan menu kita.

Ayahnya, anaknya, neneknya, kakeknya bisa punya banyak opsi dalam memimilih makanan yang mereka inginkan, bayangkan jika kita hanya menjual single menu, misalnya bebek goreng, mungkin tidak sering keluarga membeli makanan kita, walaupun bukan berarti jualan bebek goreng menjadi tidak menarik yah, kalau memang marketnya besar, omsetnya bisa sesuai prediksi, yah jualan bebek kenapa enggak, justru bisa jadi keunggulan karena dikenal dengan ahli / specialnya bebek daripada yang menjual segala macam menu.

 

5. Pengelolaan Inventory dan HPP

Ini juga menjadi pertimbangan penting ketika memutuskan untuk menjual banyak atau sedikit menu, mengelolah inventory dengan 10 SKU dengan mengelola 100 SKU itu jelas berbeda tingkat kesulitannya, apalagi jika semua masih dilakukan secara manual, pake excel, dan mengandalkan karyawan secara penuh, banyak sekali permasalahan yang bisa muncul ketika mengelola banyak SKU mulai dari overstock, waste, selisih stock, pencurian, kadaluarsa, dll.

Berbeda ketika barang yang dikelola tidak banyak, tentu secara kontrol akan memudahkan kita, serta membuat peluang muncul cost terkait HPP bisa diantisipasi dengan cepat. Yah sederhananya kalo jualan nasi sop ikan Mak Beng yang single menu, tentu berbeda sekali urusan stocknya ketika bicara jualan nasi padang.

 

6. Target Numbers

Mau bisnis omset berapa, profit berapa? Misalnya pengen punya bisnis omset 1 juta harian, berarti 30 juta per bulan, profit kurang lebih 6-8 juta, kalau bisa jualan sedikit menu bisa tercapai kenapa harus banyak menu? Contoh: 1 juta per hari bisa dicapai dengan berjualan ayam goreng crispy, "tapi Bang pesaing banyak, kalau saya liat malah mending jualan yang banyak menu seperti gorengan, lebih susah diikuti" yah boleh-boleh saja tidak jadi masalah juga, balik lagi tergantung potensi market yang ada di sekitar kita kembali lagi.

So kita remind kembali yah, dalam memutuskan segala sesuatu cobalah menggunakan banyak pertimbangan dan informasi, dan jangan memutuskan hanya dengan membaca satu poin, seperti contoh di atas, kalau ternyata jualan ayam crispy pesaingnya banyak banget, dan gorengan blom ada pesaing, yah tentu itu peluang, walaupun dengan resiko kita harus bermain dengan bahan baku yang banyak.

 

7. Model Pengembangan Bisnis

Berapa banyak cabang yang ingin dibuka? Seberapa cepat? Bagaimana model pengembagannya? Ini juga akan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam memutuskan mau bisnis kuliner yang banyak atau sedikit menu. Bukan outlet ayam crispy dengan model kemitraan tentu bukan hal yang sulit, bisa 100 cabang dalam 1 tahun, tapi beda cerita ketika membuka warung padang, sakti sih bisa buka 100 dalam satu tahun hehe.

Pengelolaan supply chain, kitchen, outsourcing tentu akan menjadi kendala besar ketika kita banyak menu tapi aggressive untuk berkembang dibanyak cabang, belum lagi nanti impactnya ke urusan operasional, service, standarisasi, dll.

 

8. Kompleksitas Pengelolaan Bisnis

Banyak menu tentu saja akan lebih kompleks dalam pengelolaan bisnisnya dibandingkan sedikit menu. Sebagai contoh, jika Sahabat Foodizz, ibu rumah tangga ingin punya bisnis, pensiunan ingin menjalankan bisnis, atau sama sekali belum berpengalaman menjalankan bisnis kuliner, kompleksitas dengan banyak menu ini bisa jadi permasalahan tersendiri loh, bayangkan gimana nanti pusingnya proses produksi menunya, mengelola forecasting setiap menu, melakukan inventory menu, kontrol audit, dll, yakin sudah siap dengan semua hal ini?

 

9. Kompetitor Sejenis

Akhirnya banyak atau sedikit menu juga tergantung dengan siapa kita akan bersaing, jika kompetitor kita banyak menu dan rame, artinya memang kita harus banyak menunya juga untuk bisa bersaing dengan kompetitor tersebut, tapi di sisi lain bisa saja justru sedikit menu dengan menjadi specialist di banding kompetitor kita yang generalis dengan banyak menu, dengan harapan tentunya konsumen jadi lebih memilih kita, karena merasa kita fokus dan biasanya secara persepsi kalau menunya hanya satu atau dua kemungkinan enak banget nih karena special.

 

Semoga Ilmu kali ini bermanfaat buat Sahabat Foodizz Academy semua, yuk jangan lupa sebarkan ilmunya dengan mencantumkan sumber dari Foodizz Academy dan semoga makin banyak yang bisa mendapatkan manfaatnya.

 

Foodizz Academy
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com


 

Tanya detail klik disini: foodizz.id/csfoodizz


Disclaimer:

  • Artikel ini diperbolekan untuk di share & di posting ulang dengan mencantumkan sumber artikel www.foodizz.id/artikel 
  • Artikel ini tidak diperkenankan untuk penggunaan komersial, untuk penggunaan komersial wajib mencantumkan ijin tertulis yang diajukan melalui e mail: info@foodizz.id
{{ comment.length }} Comment
Sort By

Artikel Terkait

Artikel Terbaru