Lagi rame di social media salah satu owner pemilik bisnis mie kari yang sedang viral dan sudah ada beberapa cabang "curhat" jika konsep bisnisnya ditiru plek plek (persis sama) di kota yang berbeda. Mulai dari konsep store, menu, detail store, dll nya. Nih saya lagi kebayang gimana ceritanya klo nanti konsep yang sama juga buka di kota dan lokasi yang berdedekatan, lebih besar, lebih agressive dan setengah harga. "Anyway, out of topic, Foodizz udah cobain nih produknya dan memang enak serta keren konsep tempatnya".
Ok, pro dan kontra pastinya soal tiru meniru ini di Indonesia, coba lihat ajah sambal gami yang sekarang dikenal juga dengan sambal bakar, konsep yang mungkin pertama kali merupakan masakan khas Bontang Kalimantan, dan kemudian muncul di beberapa daerah seperti di Malang, baru kemudian meledak memunculkan brand baru yang viral seperti sekarang ini, bukannya ini sama ajah niru juga? Persis sama sambelnya di bakar, menunya itu itu semua, konsepnya juga mirip-mirip. Belom lagi bisnis kopi, roti, ayam goreng tepung, dan berbagai bisnis lainnya yang rasanya sih yah mirip-miriplah kebanyakan.
Kecuali konsep, design outlet, layout, ambience, menu bisa di HKI (lagi kita cek ini), rasanya sebagai business owner kita lupakan saja klo ide dan inovasi kita tidak boleh atau tidak bisa ditiru sama persis sama orang / pihak lain, apalagi klo bisnisnya rame dan viral, tinggal tunggu waktu akan ada yang muncul SAMA PERSIS, SAMA dengan MODIFIKASI atau SAMA tapi lebih INOVATIF. Klo mau ambil sisi positifnya yah berarti ide kita tersebut memang BRILIANT, ter VALIDASI, dan menjadi INSPIRASI bagi pebisnis lain, keren khan, ya inilah PERSAINGAN, jangan berharap pesaing kita punya tata krama, menghargai karya atau mikirin perasaan kita.
Di sisi lain sebetulnya bagus juga jika banyak yang tiru apalagi seperti contoh mie kari, kategori produknya bisa jadi meledak, banyak yang FOMO, akhirnya market teredukasi, yang pada akhirnya membuat MARKET SIZE nya jadi besar, biar pun memang bahayanya ketika terjadi OVER SUPPLY dan habitnya belum terbentuk, maka marketnya masih akan jadi tanda tanya, apakah akan sustain atau tidak
Ok balik lagi bisnis kita banyak yang contek, katakanlah SAMA PERSIS, PLEK PLEK, lantas gimana dong, pasrah ajah? Yah tentu enggak lah, apalagi misalnya konsep kita ini direspon positif oleh konsumen, ter validasi, dan menghasilkan bisnis yang potensial, tentu ajahkita harus do something karena cepat atau lambat jika bukan kita sendiri yang men distrub diri kita maka orang lain yang akan melakukannya. So what's next?
1. FOCUS on CUSTOMER
2. KEEP on INNOVATION
3. CONTINUES IMPROVEMENT
4. GO SCALE or BE AUTENTIC
5. BRAND BUILDING
6. BE AWARE & KEEP UPDATE
Nah Sahabat Foodizz, semoga 6 poin di atas bisa jadi inspirasi bagaimana kita menghadapi kompetisi yang memang "kejam" dan kadang tanpa "etika" dalam menjalankan bisnis kuliner kita, sejauh legal, tidak melanggar hukum, rasanya lebih baik kita fokus berinovasi dan membangun brand kita untuk selalu ada di hati konsumen kita.
Semoga bahasan kali ini bermanfaat untuk Sahabat Foodizz semua yang bergelut di bisnis kuliner, selalu doain kita juga yah untuk bisa terus konsisten berbagai melalui tulisan agar industri kuliner Indonesia makin maju dan banyak brand lokal yang menjadi besar dan kuat.
Foodizz Academy
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com
Disclaimer:
Diunggah {{ article.formatted_published_at }}