Mindset

8 Growth Model for F&B Business by Foodizz Academy

  • Oleh: Admin Foodizz
  • Diunggah 14 Mei 2024

 

Salah satu tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis kuliner adalah dapat terus tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ini tentu terkait dengan pertumbuhan profitability & valuasi perusahaan yang bisa dicapai melalui pertumbuhan revenue outlet / Same Sales Store Level (SSSL) dan pertumbuhan jumlah outlet (growth of outlet numbers) serta bersamaan dengan menjaga biaya (cost) sesuai dengan target yang dibuat.

Strategi Growth Model mana yang tepat yang bisa kita gunakan, akan sangat tergantung dengan game plan bisnis kuliner kita 3-5 tahun ke depan, level, tingkat kompetisi yang dihadapi perusahaan, teknologi & ekonomi, serta paling penting juga adalah melihat pergeseran perilaku konsumen dalam waktu tertentu. Kombinasi 8 Growth Model ini akan sangat menentukan apakah kita dapat terus tumbuh sesuai dengan game plan kita sehingga penting sekali untuk setiap pebisnis kuliner paham hal ini.

Ok apa saja 8 growth model yang bisa diterapkan untuk kita bisa menjaga pertumbuhan perusahaan dari waktu ke waktu? Sebagai catatan, 8 pertumbuhan yang kita akan bahas tidak memasukan pertumbuhan di luar bisnis inti perusahaan kita, misalnya bisnis kita bisnis kuliner, kemudian kita juga masuk dalam bisnis property dan laporan keuangannya di konsolidasi, atau misalnya melakukan pembelian saham di pasar modal dll, jadi dalam konteks growth model yang Foodizz buat ini lebih menekankan pada pertumbuhan dalam bisnis inti yang dijalankan, yaitu: bisnis kuliner. Yuk kita lihat satu per satu.

 

1. Mendatangkan Konsumen Lebih Banyak (TC Growth)

Meningkatkan traffic konsumen (Total Check) merupakan strategi yang biasa digunakan untuk membuat penjualan perusahaan bisa terus tumbuh dari waktu ke waktu. Dalam poin ini, pertumbuhan (TC) bisa dicapai melalui peningkatan jumlah kunjungan konsumen yang loyal dengan brand kita (artinya wajib punya database pelanggan) namun bisa juga dari strategi akusisi konsumen / pelanggan pesaing yang datang ke tempat kita dan new market (pelanggan baru yang blom pernah datang ke brand kita maupun pesaing).

 

2. Meningkatkan Nilai Belanja Konsumen (Average Per Check Growth)

Pertumbuhan penjualan juga bisa dicapai melalui strategi Average Per Check Growth (APCG) di mana kita sebagai ownernya membuat berbagai strategi agar rata-rata belanja konsumen bisa meningkat sesuai dengan target yang kita buat. Contoh: di bulan Januari - Juni Average Per Check (APC) dari data yang kita miliki senilai 100 ribu, nah kita targetkan periode Juli - Desember APC bisa meningkat menjadi 120 ribu dengan beberapa strategi, seperti NPL (New Product Launching), program bundling / package, strategi up-selling dan cross selling, sampai kenaikan harga jual untuk beberapa menu yang punya kontribusi besar di sales.

 

3. Pertumbuhan Jumlah Cabang (Outlet Numbers Growth)

Pertumbuhan jumlah cabang juga bisa menjadi strategi meningkatkan pertumbuhan penjualan secara corporate, hal ini menjadi sangat penting jika game plan bisnis kita misalnya melakukan valuasi untuk raise fund melalui berbagai sumber seperti Venture Capital, Private Equity atau Bursa Saham. Strategi pertumbuhan jumlah cabang ini bisa dilakukan dengan berbagai strategi seperti pertumbuhan organik (cash flow & dividen), franchise & kemitraan, joint venture, brand collaboration, dll.

 

4. Saluran Penjualan Baru (New Sales Channel)

Membuat Saluran Penjualan Baru (NSC) bisa menjadi strategi yang cukup efektif untuk menumbuhkan penjualan bisnis kita. Misalnya selama ini kita cukup kuat penjualan melalui dine in, namun dengan semakin tingginya tingkat kompetisi membuat pertumbuhan penjualan mulai stagnan, hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan masalah besar bagi bisnis kita cepat atau lambat, karena itu kita mulai mempersiapkan dan menggarap sales channel baru seperti membentuk tim big order & catering yang fokus menjual produk kita di luar outlet.

 

5. Mengakuisisi Brand Lain (Brand Aqcuitision)

Pertumbuhan penjualan perusahaan juga bisa dicapai melalui akuisisi (membeli) brand lain untuk kemudian sales nya di konsolidasi (digabungkan) ke dalam 1 pembukuan yang kita inginkan. Hal ini biasanya kurang lazim untuk kebanyakan bisnis pada umumnya, namun bisa jadi sangat penting ketika kita bicara soal valuasi bisnis kita, di mana memang pertumbuhan penjualan menjadi acuan yang penting dan juga kita mendapati dengan brand yang ada saat ini potensi untuk tumbuhan sudah cukup sulit. Akuisisi ini bisa dilakukan kepada brand yang menyasar target market yang sama, namun bisa juga dilakukan agar kita bisa menyasar target market yang berbeda.

 

6. Membuat Brand Baru (New Brand)

Bertolak belakang dengan nomor 5, strategi no 6 ini alih-alih kita melakukan akusisi / membeli brand lain, strategi pertumbuhan sales yang kita tempuh justru dengan menciptakan brand baru baik itu untuk menyasar target market yang sama dengan harapan dapat mengambil (kue) pesaing, bisa juga diarahkan untuk menyasar target market yang berbeda. Yang manapun menjadi pilihan, poin utamanya strategi ini digunakan untuk membuat penjualan bertumbuh. Hal yang perlu diperhatikan dari strategi no 6 ini adalah masalah competency atau kemampuan kita dalam menggarap target market yang berbeda, misalnya kita terbiasa bermain di middle high, nah sekarang kita inign menggarap market low, bisa jadi kita akan kesulitan dalam hal ini karena tidak punya pengalaman sebelumnya, namun harus berhadapan dengan pesaing yang sudah malang melintang di target market ini.

 

7. Memasuki Kategori Baru (New Category)

Pertumbuhan penjualan perusahaan secara keseluruhan juga bisa dicapai dengan memasuki kategori baru dengan brand yang sama atau berbeda. Contoh seperti Kopi Kenangan yang mengeluarkan kopi kaleng yang didistribusikan dibanyak supermarket di Indonesia. Strategi kategori baru ini harus betul-betul dikaji dengan baik apalagi jika model bisnisnya berbeda dengan bisnis yang sudah kita jalankan, misalnya kita pengusaha warung kopi yang terbiasa dengan penjualan langsung konsumen model dine-in dan delivery tiba-tiba bermain di model bisnis FMCG (Fast Moving Consumer Goods) di mana cara bermainnnya sangat berbeda dengan bisnis cafe / resto dan butuh kompetensi yang juga sangat berbeda.

 

8. Bergabung dengan Bisnis Lain (Merger)

Terkahir, pertumbuhan penjualan juga bisa dicapai dengan melakukan merger (pegabungan) dengan bisnis kuliner lain, baik produknya sama atau berbeda, hal ini mungkin dilakukan dengan pertimbangan game plan yang sudah sangat jelas misalnya ingin dilakukan valuasi untuk kemudian melakukan raise fund, bisa juga dilakukan untuk mempersiapkan perusahaan agar dapat I.P.O, serta bisa jadi juga dilakukan untuk menggabungkan competency yang ada di masing-masing perusahaan serta bisa juga untuk mencapai biaya yang lebih efisien.

 

Nah Sahabat Foodizz Academy semua, inilah 8 Foodizz Growth Model for F&B Business, semoga bisa dipahami dan bisa digunakan untuk pertumbuhan bisnis kuliner Sahabat semua.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya, semoga bermanfaat untuk menjadi insight bagi bisns sahabat semua. Titip doakan selalu tim Foodizz agar bisa terus berkarya memberi banyak manfaat bagi pebisnis dan calon pebisnis kuliner serta semua yang terlibat di dalamnya.

 

Foodizz Academy
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com

 

Tanya detail klik disini: CS Foodizz: +62-811-2009-7974

 

Disclaimer:

  • Artikel ini diperbolekan untuk di share & di posting ulang dengan mencantumkan sumber artikel www.foodizz.id/artikel 
  • Artikel ini tidak diperkenankan untuk penggunaan komersial, untuk penggunaan komersial wajib mencantumkan ijin tertulis yang diajukan melalui e mail: info@foodizz.id
{{ comment.length }} Comment
Sort By

Artikel Terkait

Artikel Terbaru