Memilih dan mendapatkan investor merupakan hal yang mungkin sangat penting bagi perjalanan bisnis kita ke depannya. Baik memilih dan mendapatkan investor bukanlah perkara yang mudah, apalagi jika kita sebagai pengusaha tidak dibekali oleh ilmu yang cukup untuk berurusan dengan investor ini. Bisa jadi kita salah pilih investor, bisa jadi salah dealing, bisa jadi gagal karena due diligence, bisa jadi kita melewatkan kesempatan kerena melewatkan deal dengan investor yang tertarik, bisa juga sudah jadi investor eh ternyata tidak cocok dan malah jadi bermasalah dengan investornya.
Karena itulah, urusan dengan investor ini, sebagai pebisnis kuliner kamu harus belajar dan mencari mentor / konsultan / coach yang tepat sehingga keputusan besar terkait dengan investor sudah dibuat dengan matang sesuai dengan harapan kita tentunya. Jangan pernah melakukan deal dengan investor tanpa ilmu, pengalaman, dan bimbingan, biarpun kondisi kita cukup terdesak untuk bisa segera mendapatkan investor, karena bisa jadi kelak ini keputusan yang paling kamu sesali dalam perjalan bisnis kamu.
Dalam konteks bahasan memilih dan dealing dengan investor, kita akan menggunakan asumsi investor equity, artinya investor ini jadi partner bisnis kita, memiliki saham secara legal di dalam perusahaan kita yah. Nah kira-kira apa saja faktor yang perlu kita perhatikan ketika mencari dan dealing dengan investor?
1. Investor Value
Apa nilai terpenting yang kamu cari dari investor ini? Nilai yang kamu rasa akan sangat berperan penting untuk membuat bisnis kita bisa tumbuh dan sukses. Nilai yang kita percayai kita butuhkan saat ini dan hal ini akan sulit sekali kita realisasikan jika tidak ada investor ini. Beberapa nilai yang bisa jadi petimbangan:
a. Duitnya
b. Networknya
c. Ilmunya
d. Exsposurenya
e. Pengalamannya
f. Pontesi Masa Depannya
Tidak semua nilai ada dalam investor, biasanya selalu ada trade off atau pilihan dan tentu pilihan ini sangat penting karena jika salah, hal ini akan membuat kita bisa jadi tidak nyaman atau bahkan malah dealing dengan sesuatu yang kita sesali di masa yang akan datang. Misalnya sebetulnya kita lebih butuh network dan pengalaman investornya sehingga bisa membimbing dan membantu kita membesarkan bisnis, namun karena godaan "uang" atau nilai investasi kita lebih memilih investor yang memberikan banyak uang padahal investor ini tidak punya pengalaman dalam industri yang kita jalani.
2. Business Valuation
Nilai bisnis yang kita sepakati akan menjadi faktor penting untuk menyamakan ekspektasi kita dan investor. Hal paling penting terkait dengan valuasi bisnis ini adalah:
a. Performa keuangan saat ini
b. Potensi bertumbuh dan besarnya market
c. Pengusahanya itu sendiri (ya kita nya)
d. Benchmark atau contoh sukses bisnis sejenis
e. Nilai penting yang kita ingin cari (poin 1)
Bisa jadi secara valuasi bisnis kita cukup tinggi, tapi akhirnya kita ok dengan nilai "under value" karena kita merasa potensi investor ini sangat besar secara network / access, di mana bisnis kita bisa jadi besar dan mendapatkan benefit besar ketika terconnect dengan investor ini.
Bisa jadi juga kita tetap ingin value secara "fund / uang" sesuai valuasi kita karena memang kita "hanya" butuh uangnya investor, bukan hal lain karena memang kita yakin marketnya besar dan cukup percaya diri untuk membesarkan bisnis kita.
Poin utama no 2 ini, tidak ada yang betul dan salah, semua tergantung dengan cara kita menghitung (valuasi), menilai value (investor), serta akhirnya memutuskan yang terbaik untuk bisnis kita.
3. Founder Vision x Investor
Apakah penting investor punya visi yang sama dan searah? Jawabannya sangat penting jika kita sebagai founder memang punya visi yang jelas tentang bisnis kita di masa depan. Contoh, kita memiliki visi membangun bisnis untuk memberikan kerbermanfaatan yang besar terhadap masyarakat dan juga agama dalam bentuk memberikan upah yang layak dan di atas rata-rata, dan membagikan 10% keuntungan untuk kesejahteraan karyawan serta membangun sekolah gratis untuk masyarakat.
Nah pertanyaannya, apakah investor juga mendukung visi ini? Ini sangat penting untuk diutarakan kepada investor karena jangan sampai setelah mereka berinvestasi, eh ternyata investor tersebut tidak mendukung visi kita dan tipikalnya sangat ekonomis / kapitalis sekali. Apakah investor ini salah? Yah tidak, wajar-wajar saja, yang salah adalah kita, mengapa hal ini tidak dibicarakan sejak awal.
4. Value & Believe
Nilai dan kepercayaan apa yang kita miliki juga sangat penting untuk dibahas dengan calon investor yang tertarik dengan bisnis kita karena biasanya pengusaha itu punya sebuah "keyakinan" tentang nilai-nilai yang dia percayai ketika menjalankan bisnis, contoh misalnya kita ingin mengimplementasikan nilai-nilai islam dalam menjalankan bisnis, seperti aturan perusahaan harus berdasarkan prinsip Islam, sedekah, implementasi kegiatan sehari-hari karyawan "sholat, mengaji" sampai misalnya prinsip tidak ingin ada "riba" di dalam menjalankan bisnis.
Nah value dan believe ini harus dikemukakan sejak awal degan calon investor sehingga investor juga bisa menilai apakah hal ini bisa didukung dan atau tidak terkait dengan investasi yang akan dia lakukan, jika misalnya investor punya prinsip yang sama, yah tentu saja semua proses akan lebih mudah, namun jika investor tidak sejalan dan tidak memiliki prinsip yang sama, yah sebaiknya tidak perlu di lanjutkan. Banyak hal yang bisa disepakati namun memang terkait prinsip "spiritual" atau "keyakinan", hal ini biasanya memang lebih "saklek" jadi sebaiknya pastikan dibahas dan sepakat 100%, yang kemudian kesepatakan ini dituangkan di dalam perjanjian yang mengikat secara hukum.
5. Shareholder Agreement
Apakah investor mau, jika semua hal di atur di dalam Shareholder Agreement? Dimana dalam Shareholder Agreement tersebut akan dibahas poin-poin penting sebelum terjadinya investasi, misal terdiri dari banyak pasal (30-40 pasal) tambahan yang akan menjadi poin penting. Hal ini apak menjadi penentu, apakah kita lanjut atau tidak dengan investor ini. Ingat jangan menggampangkan hal-hal seperti ini, karena setiap detail harus di sepakati, jangan hanya konsentrasi ke "uang" nya saja, apalagi jika kita berurusan dengan corporate investor (VC, Private Equity, dll) karena tidak ada cerita gentlemen agreement, semua harus by paper.
Dalam shareholder agreement yang terdiri dari 30-40 pasal ini banyak sekalian hal detail yang perlu diatur, seperti Authority Level, Hak dan kewajiban, nilai-nilai yang disepakati, arah perusahaan akan seperti apa ke depannya, dll.
Catatan.
Jika temen-temen ingin mendapatkan draft terkait dengan Shareholder Aggrement ini silahkan ambil program mentoring terkait investor di link CS Foodizz berikut ini. Setelah mentoring, temen-temen akan mendapatkan draft yang terdiri dari 35 pasal terkait Shareholder Agreement. Pastikan harus ada jika berurusan dengan equity investor (membeli saham holding / PT yang kita miliki).
6. Investor Involvement
Sejauh apa investor akan terlibat di dalam proses bisnis kita? Apakah misalnya investor meminta jatah kursi direktur dan komisaris? Bagaimana keputusan penggunaan dana investasi, apakah bisa diputuskan secara struktur (direktur), atau harus melalui Komisaris, atau bahkan harus acc investornya baru dana bisa turun? Apakah "kursi" yang diminta oleh investor PIC nya bisa dipecat? Berbagai hal terkait dengan "keterlibatan" investor di dalam perusahaan juga perlu didiskusikan dan disepakati sejak awal.
Jika kita sebagai owner misalnya menginginkan dependensi "kebebabasan" untuk menjalankan dengan tim yang ada saat ini tanpa campur tangan investor di dalam management, maka ini perlu dikemukakan sejak awal dan memang sebaiknya kita mencari tipikal investor yang memang ga terlalu mau ribet ada di dalam management, mereka hanya akan melakukan kontrol performa keuangan dan bisnis dalam waktu tertentu, misalnya 1 bulan sekali. Namun sebaliknya jika kita ingin investor juga menempatkan PIC nya di dalam perusahaan, maka kita juga harus kemukakan hal ini untuk menjadi bagian kesepakatan tentunya.
Baik terlibat dalam management atau tidak, keduanya ada plus dan minusnya, akhirnya kembali ke kita sebagai investee mana yang paling nyaman untuk dijalankan, tapi tentu akan selalu ada mekanisme kontrol yang akan disepakati, tinggal apakah high involvement atau low involvement.
7. Track Record
Terakhir tentu saja, coba lah cari tau track record calon investor yang tertarik dengan bisnis kita, jika ada brand-brand portfolio mungkin bisa diajak ngobrol owner brandnya untuk mendapatkan insight terkait bagaimana cara kerja, hubungan, dan support investor ini sehingga ketika akhirnya kita memutuskan untuk lanjut atau tidak, semua sudah didasarkan oleh pertimbangan yang matang.
Sahabat Kuliner, mencari, memilih dan dealing dengan investor ini sekali lagi membutuhkan ilmu, pengalaman, dan bimbingan, baik itu investor seperti topik di atas (equity) ataupun investor outlet, sehingga saran Foodizz carilah Mentor / Consultant / Coach yang memang punya pengalaman terkait hal ini karena ini menyangkut masa depan kamu dan bisnis kamu. Jangan ambil resiko tanpa ilmu dan pengalaman untuk dealing dengan investor, percayalah.
Nah Semoga artikel pertama di tahun 2025 ini bisa menjadi inspirasi dan bekal buat Sahabat Kuliner semua yang kebetulan akan atau sedang berurusan dengan investor. Doakan juga Foodizz Academy bisa memberi lebih banyak manfaat di tahun 2025 ini.
Note.
Buat Sahabat Kuliner yang membutuhkan Mentoring terkait dengan investor silahkan klik link ini. Sahabat Kuliner juga akan mendapatkan Bonus Dokumen Shareholder Agreement dan juga Template Business Projection 5 Tahun.
Foodizz Academy
www.foodizz.id
Disclaimer:
Diunggah {{ article.formatted_published_at }}