Tagline merupakan salah satu unsur sangat penting untuk membangun brand dan penjualan dalam bisnis kuliner. Sayangnya, banyak yang tidak paham atau mengabaikan soal tagline ini, kebanyakan bisnis kuliner "hanya sekedar ada" terkait dengan tagline, bahkan kadang membuat tagline tanpa tujuan stratejik apapun, bahkan beberapa meminta staff atau designernya untuk sekalian "nambahin tagline".
Jika Sahabat Foodizz memahami kalau tagline sangat penting, (dimana tagline adalah kunci membangun brand value yang kuat, tagline punya peran penting yang membuat sales bisa dicapai, dan tagline juga stratejik), pasti Sahabat Foodizz akan mulai mereview kembali, berpikir kembali, dan bahkan mulai membuat ulang tagline yang ada saat ini. Ga percaya? Coba ajah baca tulisan ini sampai selesai hehe.
Pertanyaan yang sering sekali ditanyakan terkait dengan tagline ini adalah:
Nah dikesempatan kali ini coba kita bahas yuk pendekatan atau teknik apa saja yang bisa digunakan untuk membuat tagline yang tepat yang bisa berimpact terhadap brand dan sales kita tentunya. Sebagai catatan, Sahabat Foodizz pastikan yah melakukan riset terlebih dahulu tentunya terkait dengan target market dan kompetitor. So, are you ready? Let's go
1. Kekuatan Utama = Core Competency
Teknik membuat tagline dengan menunjukkan kekuatan utama brand kita kepada target market. Misalnya Sarae Bakes dengan taglinenya “Gandum, Vegan, & Halal” ingin menunjukan ke target market jika mereka ini adalah spesialis dan jagoan di roti gandum, vegan, sekaligus mereka halal. Mengapa tidak menggunakan tagline misalnya seperti ini: "Healty Life Style" atau "Gaya Hidup Sehat", yang lebih terlihat keren atau lebih kekinian? Karena ini brand UMKM, brand baru, yang paling penting itu konsumen segera tau apa yang menjadi kekuatan kita, bukan meminta konsumen menebak - nebak, jualan apa, dan apa hebatnya.
2. Kedekatan Emotional = Emotional Connection
Teknik membuat tagline dengan menciptakan kedekatan emosional dengan target market yang kita tuju. "Coffee for Student", "Restoran Sunda Keluarga", "Donat untuk Ibu & Anak", "Place for Korean Fans" dll. Tagline seperti ini akan mempermudah target market kita untuk mengenali "oh ini tempat kita nih" sehingga mereka tidak ragu untuk datang ke brand kita. Biasanya jika kita menarget komunitas tertentu atau group tertentu, tagline seperti ini akan cukup efektif untuk mendorong komunitas atau group tersebut jadi memilih brand kita.
3. Pembeda Utama dengan Pesaing = Strong Differentiation
Teknik membuat tagline dengan menunjukan perbedaan brand kita dengan pesaing kita. "Lebih banyak", "lebih pedas", "lebih murah dari tetangga sebelah", "layanan lebih cepat", "lebih nyaman dan terjangkau", kalimat-kalimat yang menunjukan kalau brand kita "lebih" atau "beda" dengan apa yang ditawarkan oleh pesaing kita. Tentu hal ini efektif jika memang target market kita menjadikan faktor "lebih" sebagai pertimbangan penting. Tentu pembeda utama tidak harus "lebih" tapi bisa juga pembeda lain seperti "catering dadakan", "Siap 10 ribu box dalam sehari" nah ini juga bisa menunjukan bahwa pesaing "tidak siap" dengan dadakan atau order di atas 10 ribu box.
4. Memperjelas Jualan Apa = Product Category
Teknik membuat tagline dengan memperjelas kita jualan apa ke target market, khususnya temen-temen yang baru memulai bisnis di mana brand nya masih belum dikenal serta tidak punya banyak budget untuk kegiatan branding. Misalnya "Bebek Sambel Item Madura", "Sop Buntut Lepas-Lepas", "Iga Super Lembut", "Ayam Bakar 3 Rasa". Dengan tagline yang jelas seperti contoh, target market jadi lebih mudah untuk mengetahui kita sedang jualan apa, serta sekaligus apa yang jadi keunggulan kita dibandingkan kompetitor. Jadi jangan hanya nulis seperti ini: "Ayam Bakar Nikmat" atau "Sop Buntut Special", nah kedua contoh ini tidak punya "power" untuk membuat target market penasaran dan mencoba produk kita.
5. Membangun Kepercayaan = Trust & Creadibility
Teknik membuat tagline dengan membangun kepercayaan terhadap brand dan produk yang kita jual. "Resep Rahasia Sejak 1920", "Melayani sejak 1940", "Nasi Goreng MasterChef", "Mie Ayam Paling Rame di Pontianak", "Bebek Goreng Terenak dari Hasil Riset", dsb. Biasanya teknik tagline ini menggunakan "waktu", "personal", "data" untuk membangun kepercayaan konsumen kalau produk kita itu enak, special, dan wajib banget untuk dibeli.
6. Memperkuat Brand Positioning = Strengthen Brand Positioning
Teknik membuat tagline dengan membuat koneksi yang kuat dengan brand positioning yang ingin kita bangun di benak konsumen. Contoh kita ingin coffeeshop kita dikenal sebagai tempat Work From Anywhere karena memang kita melihat marketnya sangat besar, nah maka sederhananya kemudian kita membuat tagline yang related dengan persepsi tersebut, misalnya Coffee Reveno "Ngopi Enak, Kerja Asik", atau bisa juga "Kerja Tenang, Pantat Nyaman", yes terlihat ekstrim bahasanya tapi target market akan menangkap pesan, oh berarti kursinya enak di sini buat kerja, contoh doang yah hehe.
7. Klaim Tanpa Data = Assumption Base
Teknik membuat tagline dengan melakukan klaim tanpa data, menggunakan asumsi, atau berdasarkan pendapat satu arah. "Sapi Bakar terenak no 2 di Palembang", "Kambing Bakar no 2 di Timur Tengah", "Rajanya Bakso Urat & Tulang Iga". Klaim seperti ini memang banyak sekali digunakan oleh brand kuliner di Indonesia, pada dasarnya jika Sahabat Foodizz melakukan klaim seperti ini coba di diskusikan atau ditanyakan kepada konsultan legalnya apakah diperbolehkan secara regulasi / hukum atau tidak, atau malah belum ada aturannya.
8. Klaim dengan Data = Based On Data
Teknik ini sebaliknya dari no 7, tagline dibuat dengan teknik klaim berdasarkan data. Contoh, "Ayam Crispy no.1 Terbanyak di Indonesia", "Jaringan Kopi Terbanyak di Indonesia", "Mie Pedas no. 1 di Indonesia --> Mungkin menggunakan data jumlah cabang atau jumlah omset sehingga melakukan klaim seperti ini", "Burger no. 1 di Jakarta --> berdasarkan hasil riset 5.000 responden dalam hal brand awareness". Intinya, brand melakukan klaim karena memang ada datanya, bukan berdasarkan asumsi atau ngarang-ngarang.
9. Sengaja Viral = Virality Purposes
Teknik membuat tagline yang memang dimaksudkan untuk membuat heboh, WOM (Word of Mouth) atau Viral Effect. "Spesialis Nasi Goreng Wagyu A5", "Sambal Terpedas di Dunia", "Balungan Dinosaurus", "Sate yang didatangi oleh 120 Negara". Teknik ini punya kelebihan bisa membuat brand kita jadi cepat dikenal, sehingga biaya yang dihabiskan untuk membangun brand menjadi lebih efektif dan tentu sangat bagus untuk temen-temen UMKM yang tidak memiliki biaya marketing yang besar.
10. Membangun Rasa Penasaran = Building Curiosity
Teknik membuat tagline dengan menggunakan kata-kata yang membuat orang menjadi penasaran untuk datang dan membeli. Ramen Marindo "Kuah Kaldunya direbus selama 20 jam", Mie Ayam Akoy "Mie Olahan Telor Onta", Nasi Goreng Pak Ajat "Rempah Khas dari Kupang" Pecel Lele Pak Lele "Spesialis Sambal Rampai Lampung". Teknik ini to the point langsung bisa membuat konsumen penasaran, "emang seenak itu sambal rampai?" "Wuih gimana rasanya yah mie olahan telor onta". Ingat PENASARAN = PEMASARAN, apalagi buat kita UMKM dan UKM, kalau banyak yang penasaran, banyak yang datang, banyak yang liput, tentu ini akan sangat bagus bagi bisnis kita.
Nah Sahabat Foodizz, itulah 10 teknik yang semoga berguna bagi bisnis Sahabat Foodizz semua, tentu banyak lagi mungkin teknik yang bisa digunakan untuk membangun tagline tapi poin paling penting adalah kita harus paham kalau tagline itu SANGAT PENTING bagi bisnis kuliner, dan dalam menentukan teknik mana yang ingin kita gunakan, selalu harus di dasarkan pada Data, Fakta, Informasi dan Knowledge (Insight), bukan hasil ngimpi atau ngarang.
Yuk segera cek tagline kita, udah dibuat dengan tepat belom?
Foodizz Academy
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com
Disclaimer:
Diunggah {{ article.formatted_published_at }}